Apr 8, 2014

I'm Waiting.

Ini adalah tempat biasa aku menunggumu. Duduk di taman seorang diri tak peduli cuaca yang silih berganti. Aku menunggu. Entah untuk siapa, entah untuk apa.  Ah, aku teringat dia. Dia yang selalu datang untuk menyapaku dan memelukku ketika bertemu. Dia akan bercerita tentang harinya. Dan aku hanya mendengarkan dalam diam. Aku menyukai dan menikmati setiap ceritanya. Mungkin, dialah yang kutunggu.

Aku tak memiliki alasan mengapa harus tetap menunggu. Bagiku, mengapa kita butuh alasan jika kita mau melakukannya? Cinta? Bisa saja. Tetapi aku lebih suka menyebutnya dengan; setia.

Banyak yang menyuruhku untuk melupakannya dan berhenti menunggu. Tidak. Aku tak gentar. Aku tetap saja duduk manis menunggu kembalinya. Kesetiaan diukur berdasarkan seberapa besar kamu ingin berjuang untuk tetap menunggunya. Tak peduli seberapa lama. Tak peduli seberapa lelahnya dirimu. Tak peduli harus dengan bagaimana caramu menghabiskan waktu. Tak usah terlalu banyak berasumsi bahwa menunggu takkan ada hasilnya. Tentu saja ada! Selama ada harapan, hati ini memantapkan niat untuk menunggumu datang.

Maaf jika tulisanku ini sedikit berantakan. Mungkin begitulah keadaanmu saat menunggu dia yang tak kunjung datang. Aku yakin, cepat atau lambat dia pasti muncul untuk kembali memelukku hangat. Aku hanya perlu menunggu.

Untuk kamu yang merasa bahwa keberadaanmu sangat dinantikan oleh seseorang, perjuangkanlah mereka. Karna kamu takkan tahu kapan mereka akan pergi dan takkan kembali lagi. Karna kamu takkan tahu kapan mereka akan berhenti menunggu. Jangan biarkan mereka menunggu hanya karna kamu tahu bahwa mereka akan munggu. Rancu? Bagi yang menunggu, kalimat tersebut cukup padu.

Begitulah kesetiaan seharusnya. Tak perlu diminta untuk menunggu.
Begitulah rindu seharusnya. Tak perlu diminta untuk meragu.

1 comment: