Oct 9, 2013

Perpisahan.

Setiap pertemuan yang manis selalu diikuti oleh perpisahan yang pedih. 
Mengapa demikian? Aku selalu bertanya-tanya tentang 'Bagaimana dua hal yang bertentangan selalu berjalan beriringan?'. 
Sampai suatu ketika aku sadar bahwa hidup ini penuh keseimbangan.
Ada pertemuan, ada pula perpisahan.
Selamat Membaca <3


Akhir-akhir ini aku sering berpikir tentang apa makna perpisahan yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang sudah tertata manis selama 20 tahun tetapi tak luput dari perpisahan. Aku menitikkan air mata ketika mengingat bagaimana sebuah hubungan terjalin. Komunikasi awal yang malu-malu, kedekatan yang terjalin, dan manisnya momen-momen yang bisa dilakukan bersama. Tetapi hal tersebut lenyap begitu saja saat 'Perpisahan' muncul. Mungkin hampir semua orang membencinya. Adakah perpisahan yang manis? Tentu saja ada. Tetapi hanya untuk orang yang mudah mengikhlaskan. Dan setahuku, belajar ikhlas itu tidaklah mudah.

Akhir-akhir ini kejenuhan mengikuti langkahku. Beban di pundak terasa cukup berat untuk ku topang sendirian. Iya, aku merasa dirikulah yang paling berat menopang beban. Tetapi aku salah. Banyak di sekelilingku yang memikul beban lebih berat daripada aku. Banyak. Setiap orang diberikan beban oleh Tuhan dengan porsi yang berbeda. Tuhan selalu tahu seberapa kuat umatnya menopang beban itu. Jadi, bertahanlah. Semoga selalu diberikan kekuatan dengan apa yang diberikan di sekelilingnya.

Mungkin aku hanya akan menghadapi perpisahan sementara. Apa maksudmu sementara? Ya, sementara. Aku masih bisa melihat mereka. Hanya saja tidak setiap hari sesukaku. Bagaimana mereka yang harus berpisah dan tak lagi bisa melihat dan bertemu dengan yang tersayang? Kematian? Ini memilukan.
Sekali lagi, ak menitikkan air mata. Pedih.

Bagaimana dengan beberapa bulan lagi? Ya, aku akan berpisah dengan kalian. Ke-37 teman kesayangan di akhir perjalanan putih abu-abu. Aku tak bisa berkata lebih dari sekedar; "Aku akan merindukan kalian, kawan."

Ini bukan bagaimana pertemuan terjadi. Ini tentang perpisahan yang tak terhindari.
Aku belum sempat membuat mereka tesenyum bangga atas apa yang aku lakukan. Sejujurnya, segalanya terasa begitu cepat. Aku belum siap. Aku belum mampu melepas semua. Oh Tuhan, bisakah Kau beri tambahan waktu untuk memperbaiki semua dan mencipatakan kenangan manis jika perpisahan ini datang? Bisakah?

Inilah kehidupan. Terkadang hiduplah yang akan menampar keras pipi manisku untuk membuatku sadar bahwa "Inilah Hidup.". Selalu ada keseimbangan. Ketika datang masalah, akan selalu ada solusinya. Ketika cinta datang, akan selalu ada luka. Dan ketika pertemuan datang, akan selalu ada perpisahan. Bersiaplah.

Selalu ada pundak yang cukup nyaman sebagai tempat bersandar.
Selalu ada pundak yang cukup empuk sebagai menenangkan untuk mengistirahatkan mata perlahan.
Intinya, akan selalu ada pundak untukmu disaat susah maupun duka.
Percayalah, Tuhan selalu menghadirkan pilihan disaat tujuan hidupmu goyah.
Percayalah.

Pada akhirnya, aku tak memiliki banyak kata untuk ku lontarkan. Terlalu banyak hal yang harusnya disimpang rapat-rapat tetapi terlanjur diucapkan. Soal perpisahan, aku masih takut untuk menatap hari esok. Terlebih jika hari perpisahan itu semakin dekat. Aku tak tahu bagaimana jika perpisahan membuat segalang berubah dan begitu berbeda.
Aku belum siap.
Aku belum siap.
Semoga akan terus ada mulut manis yang mendoakanku dikala sudah pasrah.
Aku, benci perpisahan.

No comments:

Post a Comment