Nov 3, 2014

Homesick.


Homesick.

Krik Krik.. Krik Krik..
Begitulah bunyi jangkrik yang kudengarkan malam ini. Aku mengenakan piyama warna merah jambu dan sesekali menaikkan kacamataku. Entah apa yang akan kutulis malam ini. Mungkin beberapa kata pengantar tidur.
Ada apa, Bulan? Kau tersenyum tetapi menyiratkan pedih yang tersirat. Biasanya kau akan menjadi ratu semesta.
Ah, begitu rupanya. Jadi kau sedang dilanda rindu? Bagaimana jika kugantikan dengan kenangan atas apa yang kau rindukan? Bukankah akan lebih manis didengar?
Bulan, apa yang kau rindukan? Bukankah sudah banyak bintang yang menemanimu? Bukankah sudah banyak yang melihat indahnya terangmu? Beberapa pertanyaan terlontar lancang dari lisanku.
Betapa melankolisnya diriku. Sedikit menatap bulan saja sudah jatuh beribu rindu. Aku melihat bulan di tempat yang berbeda, jauh darimu. Setidaknya kita masih bisa melihat bulan yang sama, kan? Ya, anggap saja begitu.
Aku tak lagi ingat kapan terakhir kali menulis dengan mengetik seperti saat ini. Jemariku seakan-akan kehilangan pola untuk menari dengan indah. Ah, ini menggelikan. Aku tak lagi bisa sepuitis kala itu. Sial.
Sama seperti sebelumnya. Aku menulis karna rindu. Tidakkah kau merindukanku, keyboard?
Tulisanku kali ini mungkin terlalu monoton. Lagi-lagi hanya karena rindu.

Rindu.
Begitulah kuringkas segala gundah dan hasrat untuk bertemu. Sesekali kupandangi wajahmu, maya tentunya. Aku tak bisa memerhatikan senyummu dengan detail seperti biasa. Hanya sebatas senyum simpul yang kau paksakan karna aku tahu bahwa kau tak terlalu menyukai kamera. Tak sepertiku. Bagiku, foto adalah gambar berharga. Kita mengambilnya karna tahu momen tersebut takkan bisa terulang. Tak bisakah kau mengerti itu dan ikut berfoto bersamaku, selalu? Ah, canggung. Siapa pula aku yang berani melakukan itu. Tak hanya foto. Aku juga masih menyimpan semua pesan suara milikmu dari tahun lalu. 365hari dan berlanjut hingga kini. Ah, apakah kau juga menyimpan suaraku dan mendengarkannya dikala rindu? Entahlah.

Sejujurnya, aku ingin sekali tahu apa isi hatimu. Apakah ada aku sebagai ratu yang kau rindu? Atau hanya ada di ruang tamu dan tak diijinkan masuk lebih dalam ke ruang hatimu? Kau sungguh misterius. Satu tahun lebih aku mengenalmu, maksudku aku tahu kamu. Belum mengenalmu, mungkin. Sampai saat ini aku tak tahu betul apa yang ada di pikiranmu. Kau tak pernah membuka percakapan tentang dirimu sendiri. Dibuat penasaranlah aku. Ah, menyebalkan.

No comments:

Post a Comment