Jan 17, 2015

Day 6: What If.


Ada banyak sekali pertanyaan dalam benakku. Beberapa ingin segera ku usir pergi agar tak membuatku khawatir berlebihan. Insecure, katanya. Dengan berbagai pertanyaan yang ada, semua berawal dari “What If...”. Ah, sial. Aku benci saat otakku mulai bercabang. Memikirkan hal yang seharusnya tak perlu dipikirkan. Ini menyebalkan.

Bagaimana jika... Bagaimana jika... Bagaimana jika...


Pernah tidak kamu menyukai seseorang? Maksudku, menyukai seseorang sampai tak ingin kehilangan? Ah, sepertinya ini kisah klasik anak remaja. Tetapi, tanyakan kembali pada dirimu sendiri. Pernahkah?

Ada yang menyukai seseorang sampai tak ingin kehilangan. Ada yang menyukai seseorang sampai kebahagiaan orang itu menjadi lebih penting dibandingkan dengan kebahagiaan dirinya sendiri. Ada pula yang meyukai seseorang sampai membayangkan bahwa akan terus bersama orang itu untuk wkatu yang sangat lama. Bagaimana? Ini sekedar suka? Atau cinta? Hmm.

Aku bukan yang paling mengerti tentang cinta. Aku melihat pasangan yang paling bahagia berakhir dengan perpisahan manis yang menyisakan luka. Sejak saat itu, aku terlalu takut kehilangan. Aku tak pernah menyukai perpisahan. Tak ada yang indah. Selalu saja menyisakan luka, yang sembuhnya cukup lama. Bahkan ada yang bekasnya tak bisa hilang. Trauma. Begitu aku menyebutnya. Beberapa orang yang takut akan sesuatu sampai berlebihan. Sebagian orang menyebutnya sebagai pobia. Hahaha

Jika yang katanya saling mencinta bisa berpisah begitu saja? Lalu, masih bisakah disebut dengan cinta? Jika mereka saling mencinta, kenapa harus berpisah? Kenapa? Oh, salah satunya berhenti memperjuangkan? Atau mungkin salah satunya menemukan cinta yang lain? Tulisanku selalu penuh dengan tanda tanya. Sejauh ini aku tak menemukan titik terang. Aku tak bisa mendapatkan jawaban yang ku inginkan.


Tetapi, aku percaya. Akan tiba saatya dimana cinta sejati itu datang. Bukan, bukan seperti di film Disney yang berakhir dengan ciuman pangeran. Tapi cinta sejati, yang mana membuat kita tak kan pergi meski tahu pasangan kita tak sempurna. Cinta sejati, yang mana akan membuat kita pulang meski telah jauh melangkah. Ya, aku percaya.

2 comments:

  1. Bagaimana jika kita menerima perpisahan itu dengan ikhlas? Selayaknya sebuah kata lama "dimana ada pertemuan diditu ada perpisahan"
    ikhlas memang ngga gampang tapi ngga gampang bukan berarti ga bisa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua kembali lagi pada pilihan. Dan pilihanku adalah tetap menunggunya pulang :)

      Delete